Perjalanan Explore Sumatera Sampai ke Ujung Indonesia

Perjalanan Explore Sumatera sampai ke Ujung Indonesia . Saya dan seorang rekan saya yang namanya Meiliany telah berencana untuk menelusuri Pulau Sumatera mulai dari Padang sampai Sabang. Kami mulai membuat itinerary perjalanan dan pada akhirnya kita memutuskan untuk menelusuri sepanjang 12 hari. Tujuan kami menelusuri Sumatera ini dalam rencana photografi, kami ingin mememfoto keelokan alam Indonesia sisi barat dan coba kulineran ciri khas Sumatera. Saya mulai menyiapkan segala hal mulai dari hotel, transportasi, ticket pesawat yang sesuai itinerary dan tentu saja cari ticket pesawat pada harga yang murah jika dapat gratis 😛 Karena jarak kami jauh, saya di Jogja dan sementara Meiliany di Singapura. Kami cuma dapat berunding lewat Whatsapp dan e-mail. Sesudah dua minggu kita berunding untuk rencana Explore Sumatera ini. Pada akhirnya kita memutuskan pergi di tanggal 9 – 19 Februari 2015. Rapat point kami di Lapangan terbang Minangkabau, Padang. Saya mulai packing peralatan untuk Explore Sumatera sepanjang 12 hari dan tentu saja perlengkapan photografi yang perlu saya membawa. Saya telah datang di Padang tanggal 8 Februari 2015 untuk menyiapkan segala hal.

PADANG
Setelah tiba di Padang, saya di jemput oleh rekan saya yang lama tidak berjumpa. Selanjutnya ke arah pemondokan yang telah saya reservasi jauh hari. Live Draw China Istirahat sesaat dan tidak lupa kami singgah ke rumah makan Padang. Masakan Padang langsung dari sumbernya rasanya berasa berlainan dengan masakan Padang yang saya beli ke Jogja. Kata rekan saya, jika masakan Padang ingin berasa sedap, beberapa bahan makanannya harus diambil dari tanah Padang. Yakin gak yakin sich, tetapi yang terpenting makan.

Selanjutnya kami ke arah Pantai Padang. Saya menanti sunset disitu sekalian nikmati situasi Pantai Padang yang penuh oleh pengunjung. Pada jam 17.00, matahari mulai turun dan saya siapkan perlengkapan photografi saya. Tetapi sangat sayang cuaca tidak memberikan dukungan, awan tebal menyelimutinya matahari . Maka photo saya tidak optimal.

Sesudah usai mememfoto sunset di Pantai Padang, saya dan rekan saya ke arah Jembatan Siti Nurbaya atau Muaro Padang. Di sini tempat bertambatnya beberapa kapal. Konon saat sebelum jembatan ini dibuat, transportasi dari seberang ke seberang sungai dilaksanakan perahu kecil, yang di kota Padang, dikenali nama “Sampan”. Saat malam hari, saat semua lampu dihidupkan dan memantulkan gabungan beragam warna ,karena itu air sungai Tangkai Arau saat itu juga beralih menjadi sebuah cermin raksasa,yang membiaskan daya tarik yang sangat cantik. Selanjutnya saya persiapkan perlengkapan photografi saya untuk memfoto event ini.

Karena keadaan perut tetap kenyang karena barusan makan masakan Padang yang membuat kenyang bertahan lama. Saya dan rekan saya kembali lagi ke pemondokan untuk istirahat sekalian share sampai tengah malam. Selanjutnya Karunia (rekan saya satu kembali) tiba ke pemondokan, untuk gabung dengan kami (saya dan caam). Dan kami mulai mengulas mengenai gagasan ke Mentawai. Saya selanjutnya mengontak Meiliany untuk pastikan penyiapan ia siap.

Hari awal, 9 Februari 2015 (Pantai Nirwana)
Keesokannya kami makan pagi di Lontong Sayur di dekat pemondokan, Sedap dan recommended, harga 1 jatah Rp 12.000,-. LIVE SDY Kami ke arah Lapangan terbang Minangkabau untuk jemput Meiliany dan secara langsung makan siang Padang kembali. Perut telah kenyang dan stamina telah bugar, kami meneruskan perjalanan ke Pantai Nirwana. Kami datang disitu jam 15.00 dan rupanya matahari di indonesia sisi barat baru turun sekitaran jam 17.00 – 19.00 kita terlampau awal untuk mememfoto sunset. “Mengapa kalian gak katakan?” Bertanya saya ke ke-2 rekan saya dan mereka cuma ketawa saja. Dibanding kita cuma duduk manis dan bercakap, pada akhirnya kita explore pantai tersebut. Ada seorang ibu-ibu mencari rumput laut (jika tidak salah). Kami memfotonya karena ini ialah object Human interest.

Selanjutnya kami mulai mememfoto lagi hingga menanti matahari turun. Di saat itu keadaan cuaca tidak memberikan dukungan karena kabut tebal merengkuh matahari. Tetapi ini tidak turunkan kemauan kita untuk memfoto. Kami jalan kaki telusuri pantai Nirwana, dan mata kami tertuju ke kapal karam yang ada di tepi pantai. Kelihatannya kapal ini jadi spot umum untuk beberapa photografer yang ke sini.

Sesudah usai memfoto, kita makan malam di Fuja Seafood tempatnya di tepi Pantai Padang. Anjuran saya, bertanya dahulu harga saat sebelum pesan makanan untuk pastikan makanan sama sesuai bujet anda. Tetapi jangan bingung dengan rasanya, sedap! Karena di sini ikannya masih fresh dan secara langsung diambil dari laut. Kami makan berempat dengan 2 ikan besar dan sebagainya dengan harga Rp 250.000. Sesudah perut terasa kenyang dan stamina mulai turun. Kami kembali lagi ke pemondokan untuk istirahat dan penyiapan untuk trip seterusnya.

Hari ke-2 , 10 Februari 2015 (Jembatan Siti Nurbaya, Lembah Anai, Rumat tradisi Minangkabau, Perajin tradisionil Songket, Pucuk Lawang)

Jam 05.00 kami siap di Jembatan Siti Nurbaya untuk memfoto Muaro Padang. Saya tempo hari telah mememfoto di sini di saat malam hari, tetapi saat ini waktu dan angle yang tidak sama dari sebelumnya. Kami memfoto di atas jembatan menghadap ke Muaro Padang. Banyak beberapa kapal yang bertambat di sini.

LIVE KOCOK HK Sesudah usai, kami semua penyiapan check-out untuk meneruskan perjalanan ke Padang Panjang. Di saat perjalanan, kami berkunjung dahulu di Air Terjun Lembah Anai. Kami tidak butuh masuk ke dalam hutan-hutan karena lokasinya berada pas di tepi jalan raya trans Sumatera yang menyambungkan Kota Padang dengan Bukit Tinggi, persisnya di Nagari Singgalang, Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatra Barat. Batu-batuan yang licin membuat kita harus waspada saat mengambil langkah supaya tidak tergelincir. Pada akhirnya kita sampai pada posisi yang pas untuk mememfoto. Kami pasang tripod dan Meiliany tergelincir, dan camera 5D Mark III dan lensa L-Series 16-35 mm masuk ke air. Kami segera cemas dan pertama kali yang ditolong ialah cameranya hahaha. Pada akhirnya kami memilih untuk kembali lagi ke mobil. Kami coba keringkan lensanya dan camera, untung saja cuma lensanya yang eror (Informasi terkini dari Meiliany, lensa 16-35mm masih garansi dan saat ini normal kembali). Saya sebelumnya sempat memfoto sesaat panorama Air Terjun Lembah Anai.

Kami meneruskan perjalanan ke arah Rumat Gadang Minangkabau di Padang Panjang. Kebenaran ada mode gratis, ada banyak tamu dari Jakarta yang menggunakan pakaian tradisi minang. Di dalam ialah pusat dokumentasi dan informasi kebudayaan Minangkabau.

Selanjutnya kami ke arah sate Padang Mak Sukur yang legendaris itu untuk isi perut yang mulai kosong siang tersebut. Harga satu jatah jika tidak salah ingat sekitaran Rp 12.000 – 15.000 / jatah, tetapi rasanya benar-benar membuat senang lidah. Kuah sate banyak dan penuh daging.

Sesudah perut terasa kenyang, kami ke arah perajin songket tradisionil di Pintar Sikek. Disitu kami berjumpa dengan si pembikin tenun, ia telah 15 tahun bekerja sebagai pembikin tenun. Saat ini pembikin tenun songket mulai lenyap, mereka saat ini lebih suka bekerja di sawah. Karena jika membuat songket perlu waktu sekitaran 2 – empat minggu untuk menjadi 1 songket. Dan efek dari membuat tenun songket ialah keadaan mata tidak bisa menyaksikan benda yang jauh, karena setiap hari si pembikin tenun songket menyaksikan kesukaran benang dalam jarak yang dekat. Oleh karena itu harga Songket Padang termasuk mahal, karena proses pembikinannya yang memerlukan kecermatan dan kesabaran. Mereka mengeluh karena ada beberapa mesin pembikin tenun songket yang automatis,SLOT GACOR itu membuat hasil kreasi pembikin tenun tradisionil jadi kurang disukai. Karena pembikin tenun songket automatis dapat membuat songket dalam kurun waktu satu minggu atau kurang.

Similar Posts