Gunung Tangkuban Parahu

Gunung Tangkuban Parahu

Gunung Tangkuban Parahu (Aksara Sunda Baku: ᮌᮥᮔᮥᮀ ᮒᮀᮊᮥᮘᮔ᮪ ᮕᮛᮠᮥ, Latin:  berdiri megah di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Indonesia. Terletak sekitar 20 km ke utara Kota Bandung, gunung in Data Chinai menawarkan keelokan alam dengan hamparan pohon pinus dan kebun teh di sekitarnya. Dengan ketinggian mencapai 2.084 meter, Gunung Tangkuban Parahu adalah Stratovulcano yang memiliki pusat erupsi yang beralih dari timur ke barat.

Jenis batuan yang dikeluarkan saat erupsi utamanya adalah lava dan sulfur, menghasilkan mineral sulfur belerang. Saat gunung tidak aktif, hanya terlihat uap belerang. Wilayah sekitar  Parahu dikelola oleh Perum Perhutanan, dan suhu rata-rata harian berkisar antara 17°C pada siang hari dan 2°C pada malam hari.

Sejarah Pembentukan dan Letusan

Aktivitas erupsi  pertama kali tercatat pada tahun 1829, menurut catatan botanis dan geologis Kocok Sdy Franz Wilhelm Junghuhn. Setelah letusan pada tahun 1846, gunung ini tetap aktif dengan masa istirahat antara 30 hingga 70 tahun. Letusan besar terjadi pada tahun 1896 setelah masa istirahat 50 tahun, dan aktivitas erupsi terus berlanjut hingga tahun 2019.

Aktivitas erupsi Gunung Tangkuban Parahu pertama kali tercatat pada tahun 1829, menurut catatan botanis dan geologis Franz Wilhelm Junghuhn. Setelah letusan pada tahun 1846, gunung ini tetap aktif dengan masa istirahat antara 30 hingga 70 tahun. Letusan besar terjadi pada tahun 1896 setelah masa istirahat 50 tahun, dan Kocok HK aktivitas erupsi terus berlanjut hingga tahun 2019.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Daerah membuat peta Kawasan Rawan Bencana  pada tahun 2005, yang membagi daerah rawan bencana menjadi tiga kategori. Meskipun memiliki sejarah letusan yang tercatat, keindahan dan keanekaragaman alam di sekitar  terus menarik perhatian para pengunjung.

Asal usul dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi/Rarasati. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat sebuah telaga dan sebuah perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk

Similar Posts